Sabtu, 11 Agustus 2012




Pertanian tradisional yang yang masih mendominasi usaha tani di Indonesia sangat tidak efisien, baik dalam pemanfaatan lahan, energi dan sumber daya manusia (SDM). Usaha tani yang dilakukan hanya menghasilkan tingkat produksi yang rendah dengan kualitas panen yang kurang baik, serta nilai tambah yang di peroleh sangat minim. Dampaknya, orang yang mengusahakannya tetap miskin dari generasi ke generasi, bahkan yang terjadi proses pemiskinan secara masal.

Pada tahun 2010, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk miskin mencapai 31, 02 juta jiwa atau 13,33 persen dari jumlah penduduk Kondisi tahun 2010 tidak banyak mengalami perubahan. Sebagian besar penduduk miskin merupakan masyarakat pertanian , ’sang pengusaha’ pertanian kelas gurem beserta keluarganya.
Pertanian adalah salah satu sektor pembangunan dan mata pencaharian yang masih di tekuni oleh mayoritas penduduk. Lantas, kenapa di abad teknologi komunikasi dan informasi ini masih banyak yang terjun ke sektor pertanian tradisisonal. Apakah karena tidak punya pilihan lain, karena tidak mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman? Atau memang karena pemerintah gagal melakukan transformasi dari pertanian tradisional ke pertanian modern atau yang sering diistilahkan dengan agribisnis.
 
Itulah kondisi mayoritas petani dan pertanian di Indonesia. Itulah wajah asli pertanian Indonesia, masih dibutuhkan namun cenderung dipinggirkan. Maka tak heran jika pembangunan pertanian terkesan jalan di tempat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar