LAS API & LISTRIK
Mengelas
adalah salah satu cara menyambung dua bagian logam secara permanen dengan
menggunakan tenaga panas. Tenaga panas ini diperlukan untuk mencairkan bahan
dasar yang akan
disambung dan kawat las sebagai bahan pengisi. Setelah dingin dan membeku terbentuklah
ikatan yang kuat dan permanen.
Dalam
kontruksi yang menggunakan ikatan yang kuat bahan baku logam, hampir sebagian
besar sambungan-sambungannya dikerjakan dengan cara pengelasan. Sebab dengan
cara ini dapat diperoleh sambungan yang lebih kuat dan lebih ringan. Disamping
itu proses pembuatannya lebih sederhana.
Dewasa ini
teknologi pengelasan telah berkembang begitu pesat. Lebih dari 40 jenis
pengelasan telah dikenal orang dan digunakan dalam praktek penyambungan logam.
Menurut cara pelaksanaan sambungan nya, proses pengelasan diklasifikasikan menjadi :
1. Las cair
2. Las tahanan
listrik
3. Solder atau
brazing
I. Ruang Lingkup dan
Definisi Pengelasan
a. Definisi pengelasan menurut
American Welding Society, 1989
Pengelasan adalah proses
penyambungan logam atau non logamyang dilakukan dengan memanaskan material yang
akan disambung hingga temperatur las yang dilakukan secara : dengan atau tanpa
menggunakan tekanan (pressure),hanya dengan tekanan (pressure), atau dengan
atau tanpa menggunakan logam pengisi (filler)
b. Definisi pengelasan menurut
British Standards Institution, 1983
Pengelasan adalah proses
penyambungan antara dua atau lebih material dalam keadaan plastis atau cair
dengan menggunakan panas (heat) atau dengan tekanan (pressure) atau keduanya.
Logam pengisi (filler metal) dengan temperatur lebur yang sama dengan titik
lebur dari logam induk dapat atau tanpa digunakan dalam proses penyambungan
tersebut.
II. Sejarah pengelasan
Para ahli sejarah
memperkirakan bahwa orang Mesir kuno mulai menggunakanpengelasan dengan tekanan
pada tahun 5500 SM (untuk membuatpipa tembaga denganmemalu lembaran yang
tepinya saling menutup). Winterton menyebutkan bahwa bendaseni orang Mesir yang
dibuat pada tahun 3000 SM terdiri dari bahan dasar tembaga dan emas hasil
peleburan dan pemukulan. Jenis pengelasan ini, yang disebut pengelasan tempa
{forge welding), merupakan usaha manusia yang pertama dalam menyambung dua
potong logam. Contoh pengelasan tempa kuno yang terkenal adalah pedang Damascus
yang dibuat dengan menempa lapisan-lapisan besi yang berbeda sifatnya.
Pengelasan tempa telah
berkembang dan penting bagi orang Romawi kuno sehingga mereka menyebut salah
satu dewanya sebagai Vulcan (dewa api dan pengerjaan logam) untuk menyatakan
seni tersebut. Sekarang kata Vulkanisir dipakai untuk proses perlakuan karet
dengan sulfur, tetapi dahulu kata ini berarti “mengeraskan”. Dewasa ini
pengelasan tempa secara praktis telah ditinggalkan dan terakhir dilakukan oleh
pandai besi.
Tahun 1901-1903 Fouche dan
Picard mengembangkan tangkai las yang dapat digunakandengan asetilen (gas
karbit), sehingga sejak itu dimulailah zaman pengelasan danpemotongan
oksiasetilen (gas karbit oksigen).Periode antara 1903 dan 1918 merupakan
periode pemakaian las yang terutamasebagai cara perbaikan, dan perkembangan
yang paling pesat terjadi selama Perang Dunia I (1914-1918). teknik pengelasan
terbukti dapat diterapkan terutama untuk memperbaiki kapal yang rusak.
Winterton melaporkan bahwa pada tahun 1917 terdapat 103 kapal musuh di Amerika
yang rusak dan jumlah buruh dalam operasi pengelasan meningkat dari 8000 sampai
33000 selama periode 1914-1918. Setelah tahun 1919, pemakaian las sebagai
teknik konstruksi dan pabrikasi mulai berkembang dengan pertama mwnggunakan
elektroda paduan (alloy) tembaga-wolfram untuk pengelasan titik pada tahun
1920. Pada periode 1930-1950 terjadi banyak peningkatan dalam perkembangan
mesin las. Proses pengelasan busur nyala terbenam (submerged) yang busur
nyalanya tertutup di bawah bubuk fluks pertama dipakai secara komersial pada
tahun 1934 dan dipatenkan pada tahun 1935. Sekarang terdapat lebih dari 50
macam proses pengelasan yang dapat digunakan untuk menyambung pelbagai logam
dan paduan.
Pengelasan yang kita lihat
sekarang ini jauh lebih kompleks dan sudah sangat berkembang. Kemajuan dalam
teknologi pengelasan tidak begitu pesat sampai tahun 1877. Sebelum tahun 1877,
proses pengelasan tempa dan peyolderan telah dipakai selama 3000 tahun. Asal
mula pengelasan tahanan listrik {resistance welding) dimulai sekitar tahun 1877
ketika Prof. Elihu Thompson memulai percobaan pembalikan polaritas pada
gulungan transformator, dia mendapat hak paten pertamanya pada tahun 1885 dan
mesin las tumpul tahanan listrik {resistance butt welding) pertama diperagakan
di American Institute Fair pada tahun 1887.
Pada tahun 1889, Coffin diberi
hak paten untuk pengelasan tumpul nyala partikel (flash-butt welding) yang
menjadi satu proses las tumpul yang penting. Zerner pada tahun 1885
memperkenalkan proses las busur nayala karbon {carbon arc welding) dengan
menggunakan dua elektroda karbon, dan N.G. Slavinoff pada tahun 1888 di Rusia
merupakan orang pertama yang menggunakan proses busur nyala logam dengan
memakai elektroda telanjang (tanpa lapisan). Coffin yang bekerja secara terpisah
juga menyelidiki proses busur nyala logam dan mendapat hak paten Amerika dalam
tahun 1892. Pada tahun 1889, A.P. Strohmeyer memperkenalkan konsep elektroda
logam yang dilapis untuk menghilangkan banyak masalah yang timbul pada
pemakaian elektroda telanjang.
Thomas Fletcher pada tahun
1887 memakai pipa tiup hidrogen dan oksigen yang terbakar, serta menunjukkan
bahwa ia dapat memotong atau mencairkan logam.
Pada saat sekarang ini teknik
las telah dipergunakan secara luas yang dimanfaatkan dalam berbagai bidang.
Luasnya penggunaan teknologi las disebabkan karena bangunan dan mesin yang
dibuat dengan mempergunakan teknik pengelasan ini menjadi lebih murah.
I.
JENIS-JENIS MESIN LAS BERDASARKAN PANAS TENAGA LISTRIK
1. SMAW
Adalah menggunakan
busur nyala listrik sebagai sumber panas pencair. Jenis las ini banyak di
gunakan tegangan yang dipakai 23-45 volt sedangkan
pencairan pengelasan hingga 80-200
ampere.
2. SAW
Adalah
pengelasan dengan busur nyala listrik untuk mencapai terjadinya oksidasi cairan
metal tambahan dipergunakan butir-butir fluks dan slag.
3. ESW
Pengelasan
busur berhenti, pengelasan ini sejenis dengan busur SAW namun bedanya besar
nyala mencairkan fluks berjalan terus dan menjadi bahan pengantar aus listrik
(konduktif) sehingga elektroda terhubungkan dengan bekerja yang dilalui konduktor
tersebut.
4. STUD WELDING
Las baut pondasi gunanya untuk menyambung bagian suatu kontruksi dengan bagian
yang terdapat di dalam beton, pengelasan ini dengan menggunakan tang las
khusus.
II. CARA KERJA LAS LISTRIK
Sebelum pengelasan dilaksanakan maka perlu persiapan-persiapan sebagai
berikut :
-
Menyiapkan peralatan
kerja pokok : mesin las, tanki las, penjepit las, sarung tangan las, kaca mata las, topeng las.
Sudut pengelasan sekitar 5 - 10°c. posisi elektroda tegak lurus pelat
kerja, sementara memanaskan pelat tersebut.
1. Jika busur nyala terjadi, tahan jarak elektroda satu garis tengah
elektroda dan geser posisinya ke
sisi pelat.
2. Perbesar jarak elektroda untuk memanaskan pelat kerja.
3. Kalau pelat telah panas, kembali posisi elektroda tersebut sehingga
membentuk sudut 5 - 10°c. seperti tertera pada gambar diatas.
4. Biarkan kolom las tersebut hingga 1-2 kali diameter elektroda.
Kemudian bergerak kearah jalur las dan memperbahankan lebar jalur.
5. Buang lapisan slag pada ujung jalur.
6. Mulai kembali pengelasan dengan elektroda baru mundur dari ujung
jalur sehingga pengelasan berada diatas ujung jalur tersebut untuk terlebih
dahulu mengisi ujung jalur las.
Cara pengelasan yang benar akan menghasikan bunyi mendesis yang tetap
tahan dan halus dengan lebar jalur las sebesar ± 2 kali garis tengah elektroda
Mengelas dengan posisi datar (flat).
Langkah-langkah :
A. Langkah pertama.
- Menentukan polaritas.
Misalnya : DC lurus 9 straight
- Arus diatur misalnya antara
85 dan 110 Ampere
B. Langkah kedua.
- Menghubungkan penjepit las
dengan bahan dan pool positif.
- Menghubungkan tang las
dengan pool negatif.
C. Langkah ketiga.
- Menyiapkan bahan yang akan
di las.
- Membersihkan kampuh.
- Menyetel bahan yang sesuai
dengan yang di kehendaki gambar konstruksi.
D. Langkah keempat.
- Memasang
elektroda pada tangki las, dan memanaskannya dengan cara tapping, yakni
meletakan elektroda tegak lurus pada pelat dan menggerakannya naik-turun.
Kemudian tarik elektroda lengket dengan bahan pelat.
- Scratching,
yakni memegang elektroda pada sudut tertentu dan menggoreskannya pada permukaan
pelat. Tarik eletroda tersebut secepatnya segera setelah menyinggung pelat dan
menghasilkan nyala untuk menjaga jarak nyala dan mencegah lengketnya elektroda pada pelat
E. Langkah kelima
- Setelah nyala dihasilkan, pertahankan jarak
ujung elektroda dengan pelat (jarak nyala) kira-kira
sebesar satu diameter elektroda dan
bergerak ke arah ujung kampuh yang akan di las.
-
Lakukan
pengetesan hasil brazing dan flaring, hubungkan pipa dengan tabung refrigeran
untuk mengetahui apakah masih ada kebocoran pada pipa yang telah dilakukan
proses tadi. Dan perlu diperhatikan bahwa katup tabung harus masih dalam
keadaan tertutup rapat.
-
Lalu
buka katup silinder secara perlahan-lahan dan cek apakah ada kebocoran pada
pipa tersebut dengan meggunakan air sabun atau elektronik leak detektor bila
ada.
-
Lakukan
brazing dan flaring kembali jika masih terdapat kebocoran.
-
Kemudian
lakukan proses piercing (pembuatan lubang tanpa mengebor pipa) dengan
menggunakan piercing plier tool.
-
Siapkan
piercing tool/valve dan hubungkan dengan silinder refrigeran kosong.
-
Buka
katup silinder refrigeran dan lakukan piercing, lalu buka katup silinder
refrigeran kosong tersebut dan lakukan selama 5 detik.
-
Tutup
semua katup dan proses selesai.
-
Kumpulkan
objek kerja masing-masing kedosen/asisten praktikum untuk dilakukan penilaian.
-
Jika
mengalami kesulitan atau kurang paham tanyakan langsung kepada dosen/asisten
praktikum.
-
Bereskan
dan simpan kembali peralatan praktek yang telah digunakan pada tempat
penyimpanan semula.
Penggunaan & pengembangan
teknologi las.
Lingkup
penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi sangat luas meliputi perkapalan,
jembatan, rangka baja, bejana tekan, pipa pesat, pipa saluran, kendaraan rel
dan sebagainya.Disamping itu untuk pembuatan las, proses las dapat juga
dipergunakan untuk reparasi misalnya untuk mengisi lubang-lubang coran, membuat
lapisan keras pada perkakas, mempertebal bagian-bagian yang sudah aus dan
macam-macam reparasi lainnya. Pengelasan bukan tujuan utama dari konstruksi tetapi hanya merupakan sarana
untuk mencapai ekonomi pembuatan yang lebih baik. Karena itu rancangan dan cara
pengelasan harus betul-betul memperhatikan kesesuaian antara sifat-sifat las
dengan kegunaan konstruksi serta keadaan sekitarnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar